Kamis, 10 April 2014

Perkembangan Waralaba ? Menguntungkan ? Merugikan ?

Perkembangan Waralaba ? Menguntungkan ? Merugikan ?


Waralaba ? Apa sih waralaba itu ?
Waralaba (InggrisFranchising;PrancisFranchise) untuk kejujuran atau kebebasan. adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.  
Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan Waralaba ialah:
Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
franchisor ? apaan lagi sih itu?
Franchisor adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya. nah , sedangkan Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba. 
gimana sejarahnya ?
Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba ini di AS. Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca Cola[5]. Namun, menurut sumber lain, yang mengikuti Singer kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri otomotif AS, General Motors Industry ditahun 1898.
apa aja jenisnya ?
  • Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
  • Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba.
udah ngalor ngidul ngomong waralaba sampe sejarah singkatnya , gimana ? apa kalian berminat? tertarik sama bisnis ini ? biasanya bayarnya gimana ? berapa ? nih dia..
  • Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar. Biaya ini meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos penggunaan HAKI.
  • Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional. Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.

Terus kalo di Indonesia gimana ? apa di Indonesia bagus ? 
Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya . Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi franchisor maupun franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di AS danJepang. Tonggak kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut : 
  • Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.
  • Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba
  • Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.
  • Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
  • Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut. Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat. Hal ini ini dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai penerima waralaba (franchisee) diwajibkan mengembangkan bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan mempergunakan sistem piramida atau sistem sel, suatu jaringan format bisnis waralaba akan terus berekspansi. Ada beberapa asosiasi waralaba di Indonesia antara lain APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia), WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi Franchise Indonesia). Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The Bridge, Hans Consulting, FT Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain. Ada beberapa pameran Waralaba di Indonesia yang secara berkala mengadakan roadshow diberbagai daerah dan jangkauannya nasional antara lain International Franchise and Business Concept Expo (Dyandra),Franchise License Expo Indonesia ( Panorama convex), Info Franchise Expo ( Neo dan Majalah Franchise Indonesia).


Nah, sekarang dimana mana di sekitar kita banyak sekali waralaba waralaba.. sebenernya menguntungkan ga sih ? merugikan ? atau gimana sih efeknya ?
menurut saya sebagai mahasiswi semester 4 yang dikejar nilai dan waktu (halahh) , sebenernya ada menguntungkan dan merugikannya juga.. berbagai pihak terlibat disini... 
Menguntungkan ? jelas! bagi para franchisor makin banyak folowersnya (lho) , makin banyak Franchisee-nya makin banyak mereka mendulang pundi - pundi uang , dan makin terkenal pula brand mereka. Franchisee-nya gimana ? untung ga ? ya jelas untung, ga mungkin mereka mau jadi Franchisee kalo ga ada kepastian keuntungan prospek ke depannya untuk balikin modal dan mencari laba.. terus kalo buat konsumennya ? yaiyalah kita untung juga, seperti si Alpamaret si Indomaret aja contohnya , kita bisa beli apa yg tersedia disana tanpa batasan minimal barang dengan fasilitas yang enak, AC dingin , bersih, wangi , mba mba dan mas masnya baik baik dan sopan.. enak kan? ga beda jauh kalo kita ngadem di mall haha.. selain itu, biasanya banyak promo promo menarik dari waralaba tersebut , buy one get 1 FREE ! nah, gimana ga melipir dulu kalo ada promo menarik kayak gitu.. ya kan ? kapan lagi beli satu dapet gratis satu lagi ? mana ada di warung kayak gitu ? makanya kita sebagai konsumen juga pasti di untungkan karena waralaba jenis gini udah tersebar dimana mana dan kita gak usah ngerasain puanas ngantri di warung lagi , ya kan ? belom lagi ada kfc dan mcd yang bersaing ketat sampe sekarang , (dulu masih ada saingan lagi tuh texas chicken , sekarang udah susah di temukan si texas ini) , beli minum aja bisa gratis wi-fi di sana sampe bosen. modal gadget dan beli minum / ice cream doang bisa ngerasain juga fasilitas yang udah di sediakan disini. ya kan?   untung juga ga sih buat si pemilik warung warung kecil disana ? ya tentu aja mereka merugi! rugi lah mereka karena sekarang masyarakat banyak memilih belanja di Alpamaret misalnya, kadang untuk sebuah gengsi dan ga mau panas kita bisa aja beli sebungkus mie instan di sana, kan dapet kantong plastiknya , dan bukan kantong plastik hitam seperti di warung kan ? warung warung kecil ini sudah mulai tersingkirkan , gimana bisa mereka menyaingi promo promo dari si Alpamaret ini ? sedangkan si pemilik warung juga membelinya di toko klontong grosir yg tentu juga si toko klontong grosiran ini juga udah menaikan harga dan ambil untung. harga pasti jauh lebih murah di waralaba dengan promo menarilk. fasilitas? warung ada AC? ga mungkinkan.. paling mentok kipas angin di dalem dan selesai belanja dengan kantong plastik warna hitam. matilah si pemilik warung ini. merugi? ya jelas! bagi pemerintah mendapatkan fee dari pada waralaba ini sudah pasti menguntungkan mereka , tapi ingatlah banyak UKM yg masih hrs di perhatikan. jangan karena mereka ada uang bisa membeli seenaknya tempat dan membuka waralaba yg sekarang bisa di temuin di jarak kurang dari 5km. warung ya jelas tewas! seharusnya pemerintah bisa bijak mengambil keputusan dalam pembukaan waralaba baru , cabang waralaba misalnya boleh buka cabang lagi jarak 50km , satu kota boleh ada hanya 100 outlet atau bagaimana kebijakan yang lebih bijak dari ahlinya supaya tidak merugikan UKM ini.  rangkulah para pengusaha UKM ini dengan baik , kelola mereka supaya berkembang. kalo berkembang kan memudahkan perekonomian rakyat juga kan ? terbantu banyak kan ? semoga ke depannya kebijakan waralaba ini dapat lebih bijak lagi untuk semuanya bukan hanya Franchisor tapi juga para UKM ini.
sekianlah pendapat saya tentang waralaba..

dan terimakasih untuk sumber :

satu , dua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar